Biru mempunyai makna yang dalam. Meskipun tak sedalam lautan India. Bagiku sendiri, dalamnya biru itu bisa diukur dari setiap jejak-jejak yang aku ukir selama bernafas. Jauhnya jejakku pun tidak dapat diukur. Hanya waktu yang bisa menghentikan jejakku itu.

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

You need to upgrade your Flash Player to version 10 or newer.

Catatan Bersama Idola


Basko Hotel minggu, 2 Oktober, jam  18.40. Setelah menunaikan shalat Maghrib aku langsung bergegas menuju Hotel berbintang lima itu. Tujuan ku untuk melakukan wawancara dengan salah satu pasukan garuda muda Indonesia (Timnas U23) dan berfoto bareng tentunya. Timnas U23 yang sedang memfokuskan berlatih untuk persiapan sea games tersebut dijadwalkan melakukan pertandingan uji coba dengan tim kebanggaan urang awak Semen Padang selasa 4 oktober.
            Terlihat dua orang security mengenakan pakaian serba hitam sedang memeriksa diantara tamu-tamu yang datang. Terlihat juga mobil-mobil tamu hotel yang melintas dipelataran muka pintu masuk hotel tersebut. Lalu aku pun menuju dua orang security yang sedang sibuk memeriksa tamu yang datang itu. Aku langsung menjelaskan maksud kedatanganku. Namun aku harus menunggu diluar terlebih dahulu, karena harus mendapatkan izin dari pelatih terlebih dahulu. Kebetulan pelatih timnas junior sore itu sedang keluar. “Adek tunggu saja diluar, sebentar lagi pelatihnya pulang,” kata salah satu security dengan tegas.
            Lampu hotel yang berwarna kekuning-kuningan yang menyinari pelataran hotel itu menemani kesenagan hatiku. Kesenagan bercampur takut, gerogi dan malu tentunya. Karena sebentar lagi aku bisa bertemu dengan para pasukan muda Indonesia, yang selama ini hanya bisa aku kagumi lewat televisi saja. Sebut saja para bintang timnas junior tersebut Irfan Bachdim, Kim Kurniawan, Yongki Ariwibowo, Egi Melgiansyah dan masih banyak pemain hebat lainnya..

Tidak lama aku menunggu, mucul sebuah mobil avanza silver yang masuk ke pelataran hotel. Ya, itu adalah pelatih Timnas U23 Rahmad Darmawan (RD). Pelatih yang sempat melatih Persija Jakarta tersebut mengenakan topi hitam dan jersey timnas berwarna hitam abu-abu. Aku langsung menghampirinya dan mengutarakan maksud dan tujuanku. Akhirnya aku pun mendapatkan izin dari RD untuk wawancara dengan para pemain timnas junior. “Anda tunggu saja disitu, nanti setelah anak-anak (pemain) selesai makan baru bisa wawancara,” kata RD sambil mengajak ku masuk dan menyuruh menunggu di lobby hotel.
            Udara hotel yang dingin, semakin menambah rasa gerogi ku. Rupanya di dalam banyak para tamu yang duduk sambil menonton televisi yang disediakan. Aku pun duduk di sofa berwarna kuning. Sofa itu sangat empuk diduduki. Sambil menulis pertanyaan-pertanyaan yang akan aku ajukan nanti, aku pun mencoba menenangkan diri, agar tidak merasa gerogi. Didalam banyak juga para tamu yang berlalu lalang, mulai dari tamu baru yang datang, atau tamu yang sekedar keluar melihat suasana malam kota Bengkuang dan bahkan ada yang keluar umtuk membeli makanan atau minuman.
            Sekitar lima menit aku duduk, aku melihat empat pemain timnas yang keluar dari lift. Mereka adalah kapten timnas Egi Melgiansyah, Kurnia Mega, Endro, dan satu lagi aku kurang tahu namanya. Melihat postur tubuhnya, dia merupakan pemain dari Papua. Masing-masing dari mereka mengenakan celana pendek sedengkul, dan kaos oblong. Dengan memberanikan diri—dan masih merasa gerogi , aku memberanikan diri menyapa mereka yang sedang asyik bercanda. Setelah tepat bearada di depan para pemain muda itu, aku langsung diajak bercanda sama mereka. Dia adalah kapten Timnas U23 Egi Melgiansyah yang memulai. “Silahkan mau pesan apa mas?” katanya sambil memperagakan layaknya seorang pelayan hotel. Gurauan itu sedikit mencairkan suasana hatiku yang dari tadi merasa gerogi.
            Lalu aku pun mengutarakan maksud dan tujuan kedatanganku, yaitu bertanya-tanya sedikit dan minta foto bareng dengan mereka. Setelah mengutarakan maksud dan tujuan aku, mereka pun sontak tertawa bareng. Sepertinya mereka tidak mau aku tanya-tanyai. “Dia saja mas, dia ini kapten,” kata penjaga gawang Kurnia Mega sambil menunjuk kearah Egi. “Jangan aku mas, aku bukan kapten kok!” tolak Egi. Lalu mereka mengajak aku duduk ditempat yang aku duduki tadi.
            “Nih, dia saja mas. Dia ini pemain Semen Padang loh!” kata Mega menunjuk kearah belakangku.
            Rupanya pemain yang baru direkrut Semen Padang, Abdul Rahman yang baru keluar dari lift dan bermaksud gabung duduk dengan yang lainnya. Senyum pemain tinggi berkulit putih ini, sontak menghilangkan rasa cemas yang aku rasakan. Cemas karena sepertinya aku gagal mengajak pemain timnas “ngobrol”. Akhirnya benar saja, pemain bernomor punggung 28 ini menyalami aku, dan mengajak aku duduk terpisah dari rombongan yang lain. Sebelah kiri ku terdapat deretan sofa yang kosong dengan warna dan bentuk yang sama seperti yang aku duduki tadi. Lalu kami duduk berdua disana sambil bercerita.
            Pemain kelahiran Makassar ini rupanya sangat senang bisa bergabung dengan tim Urang Awak. Selain Semen Padang merupakan tim papan atas di Liga Indonesia, eks pemain Pelita Jaya ini juga kagum dengan supporter Semen Padang yang fanatik. Dia juga mengatakan kalau dia akan berusaha semampunya untuk membawa SP  menjadi juara Liga. “Tentu harapan saya dan semua pemain membawa SP juara Liga, dan saya akan memberikan kemampuan terbaik saya nantinya,” ujar pemain yang murah senyum ini.
            Suara alunan musik yang diputar dengan pelan di lobby hotel itu, menemani pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulutku. Dan dengan senyum yang tak henti mengembang, pemain yang berposisi sebagai stopper ini menjawab semua pertanyaan yang aku ajukan. Hingga tak terasa sampailah pada pertanyaan yang terakhir tentang keinginan Rahman kedepan sebagai pesepakbola professional. Dengan senyum yang lebih lebar Rahman menjawab kalau dirinya akan tetap semangat membela Negara, dan akan tetap menjaga profesionalitas sebagai pemain sepakbola. “Selagi masih diberi kepercayaann untuk membela Negara, saya akan tetap menjaga nasionalisme dalam diri dan beusaha memberikan yang terbaik,” jawab pemain yang pernah bergabung dengan team Asean Eropa di Thailand itu.
            Sekitar 15 menit mengajak Abdul Rahman “ngobrol”, aku pun langsung minta foto satu per satu para pemain timnas U23. Dengan senang hati mereka meladeni permintaanku untuk berfoto dengan mereka. Setelah berhasil foto bareng dengan mereka, aku pun keluar dari hotel mewah itu. “Semoga sukses ya!” kata Abdul Rahman menyalami aku.
                                                                                                          Padang, 2 Oktober 2011

0 komentar:

Posting Komentar