Kebaikanku
“kebodohanku”
Ketika aku terbangun
dari sebuah mimpi. Lalu aku melihat diatas, ada sebuah bintang dan bulan
bersanding dimalam sunyi. Dulu aku merupakan bagian dari itu, namun seketika aku
berubah dan asing dari berduanya— bulan dan bintang.
***
Aku selalu tersenyum
ketika melihat keakraban bulan bintang. Aku selalu ikut mendengarkan ketika
mereka bercerita tentang sinar indah, ketika mereka bercerita tentang keelokan
malam. Namun, aku mendengarkan itu dengan getir di hati saja. Rasanya berdesir
perasaan sedih saat cerita itu mereka suarakan. Aku iri. Ya aku memang iri. Aku
sedih bahkan aku menangis. Aku iri dengan keakrabannya, aku sedih dengan nasib,
aku menangis karena keangkuhan sang elok.
***
Kebaikan terkadang
dianggap juga sebagai kebodohan. Aku tidak pernah berbohong, aku selalu
menolong, aku selalu tersenyum, dan semua hal-hal yang baik selalu aku lakukan.
Tapi terkadang aku berfikir baikku itu hanya suatu ilusi yang diperbudak oleh
kepura-puraan saja. Wajah itu begitu
polos dan manis sekali.
Disaat aku bisa berbuat
baik, nikmatilah itu. Karena itu adalah memang suatu anugerah untuk kalian,
karena aku ditakdirkan untuk menjadi orang yang baik dan “bodoh”. Aku menilai
bodoh karena dilain sisi kebaikanku itu tidak pernah kaian kembalikan. Dan yang
bodohnya lagi, aku masih saja baik. Bukannya aku ingin menagih suatu perlakuan
yang telah pernah aku lakukan, tapi tidakkah ada nilai pandang tentang kebaikkanku
itu. Tidakkah mereka berfikir betapa sakitnya hati ketika kebaikan membutuhkan
pertanggung jawaban?
Oh, sayang. Aku bagi
bulan dan bintang hanyalah seseorang yang hanya mampu melihat dan mengagumi
saja. Memang sebuah kisah klasik.
Semoga saja kalian
sahabat yang serasi. Semoga saja kalian adalah sepasang keindahan malam yang
terus mendapatkan pujian. Sementara aku, aku akan tetap memberikan kebaikan.
Aku akan tetap tersenyum meskipun tidak mendapatkan balasan dan terkadang juga
dikhianati. Menjadi orang baik atau bodoh? Tak apalah...
0 komentar:
Posting Komentar