Ketika mendengar kata jurnalisme pikiran saya langsung
melukiskan bermacam kisah yang unik. Unik yang tidak dapat ditemukan
disembarang tempat. Dapat saya gambarkan unik tersebut kira-kira seperti angin
yang membuat jatuhnya daun dari pohon. Bagaimana deskripsinya adalah bahwa
angin hanya menggugurkan daun yang sudah tua dan tidak bermanfaat lagi. Angin
akan membuat suatu pohon menjadi indah dilihat lagi. Jadi mungkin seperti
itulah kira-kira sisi “unik” jurnalisme
itu bagi saya.
Ini
adalah pengakuan jujur dari seorang yang baru memasuki dunia jurnalistik, orang
yang baru melihat sisi nyata kehidupan. Jurnalistik juga membuat saya selalu
berfikir realistis dalam menjalani kehidupan yang ‘kejam’. Kejam dunia bisa
digambar dan diceritakan dalam sebuah wadah jurnalis. Saya mungkin tak akan
bisa menulis tentang sastra, saya tak akan mengerti tentang politik, saya tidak
akan banyak tahu tentang koruptor, konflik dan masih banyak hal-hal absurd
dunia lainnya tanpa goresan, dan goresan itu saya temui disini— jurnalis.
Awalnya
saya tidak ada rasa— keinginan— terjun
kedunia jurnalistik, dan sampai saat sekarang pun saya tidak tahu darimana rasa
itu muncul. Dulu ketika saya membaca beberapa media masa atau menonton berita
di media elektronik saya hanya berfikir bahwa semua itu biasa saja dan sudah
menjadi cerita harian, dimana cerita harian tersebut meliputi; kerusuhan,
korupsi, demo, pembunuhan dan sebagainya. Namun rupannya banyak cerita dibalik
fenomena tersebut. Bahwasannya tidak sedikit cerita heriok terjadi ketika
seorang wartawan hendak meliput berita mengenai kerusuhan, bencana, bahkan
konflik politik. Mulai dari terancamnya nyawa seorang wartawan karena adanya
suatu kalangan yang merasa dipojokkan dari goresan fakta wartawan.
Hingga
akhirnya pada saat sekarang ini tergabung sebagai anggota wartawan kampus.
Meskipun embel-embel masih wartawan
kampus, namun saya cukup bangga ketika liputan mengatungkan kartu pers di saku
baju. Rasanya ada kebanggaan yang saya miliki ketika melakukan wawancara.
Menjadi wartawan kampus, rupanya membuat saya menjadi lebih mensyukuri sebgai
mahasiswa. Selain itu, wartwan kampus bagi saya sautu pekerjaan yang sangat
mengasyikkan untuk memanfaatkan waktu luang.
Tempat
itu adalah SKK Ganto. Tempat yang memberikan saya kesempatan untuk
berkreativitas lewat tulisan. Tempat yang memberikan saya pelajaran tentang
junia jurnalistik. Ganto merupakan surat kabar kampus yang dimiliki oleh UNP.
Di sinilah semua bermula. Dan sini juga hal yang membuat saya berfikir
realistis tentang kehidupan dan fenomena kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar